Kamis, 29 Maret 2012 adalah hari yang paling menegangkan bagi teman saya. Awalnya dia sengaja bangun pagi-pagi jam 3 untuk mengantarkan uminya (ibu dalam bahasa arab) pergi ke stasiun gambir untuk mengantarkan adiknya yang bernama nazmi pulang ke pondong pesantren yang berada di Cilacap. Untuk menuju Cilacap bisanaik kereta kea rah Jakarta lalu turun di stasiun gambir, setelah itu naik kereta Purwokerto dan turun di stasiun Cilacap. Dia berangkat jam 4 subuh dari rumahnya, tiba di stasiun Bogor, naik kereta commuter line yang pukul 4.22 menuju Jakarta. Tiket untuk kereta Perwokerto harganya Rp 185.000 dan ibunya membeli 2 tiket jadi harganya Rp 370.000 Setelah di dalam kereta dia melihat ibunya kerepotan membawa barang-barang banyak sekali, akhirnya tiket untuk kereta ke Perwokerto dia pegang dan simpan di kantong celananya. Setelah sampai di stasiun Gambir, ibunya menunggu kereta Perwokerto tidak lama ada pemberitahuan, 5 menit lagi berangkat. Diapun berpamitan untuk pergi kuliah yang kebetulan masuk pagi karena sedang UTS. Teman saya sudah di dalam kereta yang menuju Bogor, baru tersadar bahwa tiket ibunya masih di dalam kantong celana dianya, dia panik bingung harus gimana. Entahlah tiba-tiba ada telepon dari ibunya. Ibunya juga panik tapi tidak sepanik teman saya. Dia sedang berada di gerbong belakang langsung lari-lari ke gerbong paling depan untuk meminta bantuan kepada penjaga tiket yang berada di dalam kereta bahwa tiket ibunya yang menuju ke Perwokerto kebawa olehnya. Penjaganya pun tidak bisa berbuat apa-apa, dia hanya menyarankan lebih baik balik lagi ke stasiun Gambir, yang sebenarnya tidak mungkin karena sewaktu dia naik kereta yang menuju Bogor, kereta Perwokerto 5 menit lagi berangkat. Itu sangat mustahil kalau dia sampai balik lagi ke stasiun Gambir. Di saat sedang panik ada saja yang membuat tambah panik, hp dia lowbat dan akhirnya mati. Untung saja dia bawa baterai cadangan di dalam tasnya.
Alhamdulillah.. akhirnya dia inisiatif turun di stasiun Manggarai karena kereta yang menuju Perwokerto itu pasti lewat stasiun Manggarai. Entah bagaimanapun caranya tiket itu harus sampai ke tangan ibunya. Setelah turun dari kereta dia meminta tolong lagi kepada penjaga stasiun yang berada di stasiun manggarai, ada yang acuh tak acuh ada pula yang siapa membantu. Dia sangat kebingungan, karena jikalau tiket ini tidak sampai ke tangan ibunya, bisa kena denda dua kali lipat dari harga tiketnya. Di stasiun Manggarai dia masih mencari bantuan kepada penjaga stasiun, ada yang tidak peduli tapi ada juga yang peduli. Akhirnya dia menyebrang ke jalur dimana kereta yang ke Perwokerto ingin lewat. Minta tolong kepada penjaga stasiun, kata penjaganya,” kalau lampunya hijau akan jalan terus tapi kalau lampunya kuning kemungkinana jalannya diperlambat, ya kita liat sinyalnya aja apa warna lampunya! Keeretanya sudah terlihat dari kejauhan. Dia menelpon ibunya dengan nafas terengah-engah dan berkata,” umi, nanti umi tolong minta bukain pintunya ke penjaganya nanti kakak lempar karcisnya terus umi tangkep yaa. Tiba saatnya penentuan, belum lagi pintu keretanya yang sangat sempit dan ibunya itu berada di gerbong paling belakang, kalau sampai tidak tepat untuk melemparnya, sudah wasalam.. tapi ternyata tidaak! Penjaga stasiun itu melempar tepat ke tangan penjaga di dalam kereta Perwokerto itu, Alhamdulillah subhanallah J Allah Maha Besar…
sumber : Alika Ramanitya Paundrianagari Arusy ( sahabat Risma )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar